Minggu, 18 Maret 2018

Contoh Aset Terbesar Dalam Melaksanakan Ibadah

Selain penjelasan tentang macam-macam aset secara umum, kini saya menjelaskan aset dalam pandangan islam. saya mengkutip dari beberapa sumber, seperti dibawah ini:
Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi menekankan pentingnya menjaga hubungan baik kepada Allah dan sesama manusia. Hal ini disampaikan gubernur saat memenuhi undangan tausiah ba’da sholat subuh di Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (15/3). Gubernur yang akrab disapa TGB (Tuan Guru Bajang) itu mengajak seluruh jamaah terus menjaga hubungan baik kepada Allah dan sesama manusia. ''Selain menjaga hubungan kepada Allah, para santri juga harus menghargai guru-guru. Baik yang sekarang sedang mengajar atau di masa sebelumnya. Dalam Alquran disebutkan segala kehancuran dan kehinaan dapat dihindarkan dengan menyambung hablum minallah dan hablum minannas,'' pesan TGB.
TGB menyebutkan, Ponpes Cintawana merupakan salah satu ponpes tertua yang banyak melahirkan santri-santri hebat yang berkontribusi bagi bangsa. ''Mari para santri meneruskan perjuangan ponpes yang sudah berumur lebih dari 1 abad ini,'' ajak TGB.
TGB mengaku takjub dengan suasana Ponpes Cintawana yang begitu sejuk dan asri dengan kondisi alam yang indah dan juga subur. ''Ponpes Cintawana ini tempat pendidikan yang baik. Berada di ketinggian dengan suasana sejuk dan subur,'' kata TGB.
TGB begitu bersemangat, hingga melakukan lari-lari kecil saat menaiki tangga di area terbuka seusai tausiah. ''Ayo lari, ayo lari, enak segar di sini buat olahraga bagus, tanahnya juga subur,'' ucap TGB saat berlari.
TGB kemudian diajak menikmati kopi hitam dan suguhan kuliner dari para petani binaan Ponpes Cintawana. Dalam kesempatan ini, para petani dan komite peduli lingkungan hidup di Jawa Barat menggelar dialog bersama TGB seputar isu pertanian dan lingkungan hidup.

Ketua Asosiasi Petani Berkah Alam Tasikmalaya Eko Kurnia mengatakan kedatangan TGB di Tasikmalaya dimanfaatkan para petani untuk bertukar pikiran dengan gubernur yang serius memajukan sektor pertanian di daerahnya. ''TGB merupakan figur pemimpin yang memiliki keberpihakan kepada para petani. Hal ini ditunjukan dengan kondisi sektor pertanian di NTB. Keseriusan TGB dalam mengembangkan sektor pertanian di NTB kami harap bisa diperbesar hingga ke skala nasional,''
Hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan adalah suatu hubungan yang tidak mungkin dipisahkan. Manusia sebagai mahluq yang diciptakan Allah SWT, mustahil bisa berlepas diri dari keterikatannya denganNYA. Bagaimanapun tidak percayanya manusia dengan Allah, suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar  manusia akan  mengikuti sunatullah yang berlaku di alam semesta ini. 
Sesungguhnya hubungan antara Allah dan manusia sudah disadari oleh sebagian besar manusia sejak dahulu.  Mereka sudah mendudukkan Allah sebagai Rabb (pencipta alam semesta)  tapi mereka masih terhalangi, baik oleh kejahilan atau kesombongan,  untuk menempatkan Allah sebagai Ilah (yang disembah/diabdi), QS 39:67.

Manusia yang demikian belumlah sempurna kehidupannya karena ia telah mengingkari  sesuatu  yang hak dan telah berlaku dhalim, dengan menempatkan sesuatu pada tempat yang salah.  Mereka telah mempatkan  mahluq (hidup ataupun mati) sebagai ilah mereka. Oleh karena itu, seorang mukmin harus memahami bagaimana  hubungan  yang  seharusnya dibina dengan Allah SWT, sebagai Rabb-nya dan Ilah-nya.  Hal yang penting  didalam membina hubungan itu, manusia  harus lebih dahulu  mengenal betul  siapa Allah. Bukan untuk   mengenali zatNYA, tetapi mengenali  landasan dasar-NYA (masdarul ´ulmu)/ilmu-ilmu Allah. (QS 35:28,  49:18). Dengan memahami bagaimana luasnya kekuasan dan Ilmu Allah, akan timbul rasa kagum dan takut  kepada Allah SWT sekaligus menyadari betapa kecil dan hina dirinya. Pemahaman itu akan  berlanjut  dengan  kembalinya  ia pada hakikat penciptaannya dan mengikuti landasan hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT (QS 96:5).  Ia  menyadari  ketergantungannya kepada Allah dan merasakan keindahan iman kepada Allah.

Semoga bermanfaat kepada kita semua, terutama kepada saya pribadi yang menulis tentang aset terbesar kepada allah dalam pandangan islam. Apabila ada salah kata, atau tulisan yang kurang mengenakan hati saya minta maaf yang sebesar-besarnya.


Referensi:

Sesibuk Apapun, Jangan Lupakan Aset Kepada Allah Yaitu Menunaikan Ibadah


Hallo Everybody Gays, Gimana keadaan kalian?? Aku berharap kalian baik-baik saja.
Nah Aku disini, yang bernama M. Andre Priambudi Semester Empat, Fakultas/Prodi: Dakwah & Komunikasi/ Manajemen Dakwah Akan Menjelaskan Aset Dalam Pandangan Islam. Tapi Sebelum masuk materi lebih dalam, pasti kalian bingung dan banyak pertanyaan seperti ini:
1. Siapa sih yang ga tau aset? 
2. Terus apa aja sih, yang bisa dikatagorikan aset?
3. Terus Macam-Macam Aset itu, apa saja ya?
Ya gini gays, semua pasti tau apa itu aset. bahkan diri kita pun, sudah bisa dikatakan memiliki aset terbesar. bukan cuman diri kita memiliki aset, tapi aset juga memiliki dua unsur yang berbeda. Ada Aset yang berwujud dan Aset yang tak berwujud. Contoh Aset Berwujud: Mobil, Sepeda Onthel, Motor, Gigi, Topi, Mobil, Jam Tangan, Rumah Seisinya, Dan Lain-Lain. Contoh Aset Tak Berwujud: Kepercayaan, Nama Baik, Jasa, Dan Lain-Lain.
Nah tadi saya sedikit membahas tentang macam-macam bentuk aset, nah disini saya juga akan menjelaskan tentang hubungan aset terbesar kepada allah adalah Selalu Menunaikan Ibadah....

BAGI seorang Muslim, iman adalah segalanya. Iman adalah aset paling berharga dan menjadi kriteria pertama diterima atau tidaknya amalan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, sebagaimana lazimnya setiap aset berharga di dunia ini, ia selalu terancam bahaya. Banyak pihak yang mengintai dan ingin mencurinya. Maka tidak sedikit orang yang imannya lenyap, lalu mati dalam keadaan tidak memilikinya lagi. Tentu kita tidak ingin mengalaminya. Tetapi bagaimana menjaga iman supaya tidak hilang?
Dalam al-Qur`an, ketiadaan iman disebut juga dengan ketersesatan (dhalal). Dan, pada dasarnya tidak ada manusia yang disesatkan oleh Allah, kecuali orang-orang yang fasiq. Dengan kata lain, bila manusia telah menjadi fasiq, ia pasti akan tersesat. Allah berfirman;
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“…dan, tidak ada yang disesatkan dengannya kecuali orang-orang yang fasiq. (Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya, dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS: Al-Baqarah [2]: 27).
Jelas bahwa kefasiqan adalah kondisi ketika seseorang menelantarkan imannya, memperturutkan hawa nafsu, dan tidak mempedulikan hukum-hukum Allah. Ketika itulah imannya menjadi rapuh, lalu setan merampasnya. Maka, dalam al-Fiqh al-Akbar, Imam Abu Hanifah berkata, “Tidak boleh kita katakan bahwa setan merampas iman dari hati seorang hamba yang mukmin secara paksa dan sewenang-wenang. Namun, kita katakan bahwa seorang hamba itu meninggalkan imannya sehingga pada saat itulah setan merampasnya.”
Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin Imam al-Ghazali menyatakan, " Keimanan sangat mudah goyah pada awal mula pertumbuhannya, apalagi di kalangan anak kecil dan kaum awam. Oleh karenanya iman harus selalu diperkokoh. Selanjutnya beliau berkata, “Jalan untuk menguatkan dan meneguhkan iman bukanlah dengan mempelajari kemahiran berdebat dan teologi (ilmu kalam), akan tetapi dengan (1) menyibukkan diri membaca al-Qur`an berikut tafsirnya, (2) membaca Hadits disertai maknanya, dan (3) menyibukkan diri dengan menunaikan berbagai tugas ibadah. Dengan demikian kepercayaannya senantiasa bertambah kokoh oleh dalil dan hujjah al-Qur`an yang mengetuk pendengarannya, juga oleh dukungan Hadits-hadits beserta faidahnya yang ia temukan, kemudian oleh pendar cahaya ibadah dan tugas-tugasnya. Hal itu juga diiringi dengan (4) menyaksikan kehidupan orang-orang shalih, bergaul dengan mereka, memperhatikan tindak-tanduk mereka, mendengar petuah-petuah mereka, juga melihat perilaku mereka dalam ketundukannya kepada Allah, rasa takut mereka kepada-Nya, serta kemantapan mereka kepada-Nya.”

Bila hanya ada orang-orang jahat di sekitarnya, maka masing-masing hanya peduli pada urusan perut dan syahwat, lalu satu sama lain akan menghalangi dari akhirat.
Dikisahkan oleh al-Hafizh Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab al-Ikhwan, bahwa ‘Atha’ al-Khurasani pernah bertanya kepada Muhammad bin Wasi’, “Amal apakah yang paling utama di dunia ini?” Dijawab, “Menemani teman dan bercakap-cakap dengan saudara, apabila mereka saling bersahabat di atas kebajikan dan taqwa.” Beliau melanjutkan, “Ketika itulah Allah akan menghadirkan kemanisan di antara mereka, sehingga mereka terhubung dan saling menyambungkan hubungan. Tiada kebaikan dalam menemani teman dan bercakap-cakap dengan saudara jika mereka menjadi budak dari perutnya masing-masing, sebab jika mereka seperti ini maka satu sama lain akan saling menghalangi dari akhirat.”

Oleh karenanya Allah mengajari kita sebuah doa agar iman dan hidayah senantiasa tertanam di hati dan tidak dilenyapkan-Nya.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).” (QS: Ali ‘Imran [3]: 8).
Dari Anas Radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam banyak mengucapkan doa:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu.”
Anas Radhiallahu ‘anhu berkata, “Maka kami (para sahabat) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada wahyu yang engkau bawa, maka apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?’
Beliau menjawab, “Ya, sesungguhnya hati itu berada di antara jari-jari Allah ‘Azza wa Jalla, Dialah yang membolak-balikkannya” *M.Alimin Mukhtar, guru di Ar-Rahmah Boarding School, Pesantren Hidayatullah Malang*